Senin, 05 Juni 2017

Jalan Panjang Ngabobotohan



Sesaat setelah gol dari Ilham Udin, suasana pertandingan di stadion patriot, Bekasi menjadi mencekam. Flare yang dilempar ke tengah lapangan, bobotoh yang berlari dari tribun menghampiri pemain, ditambahan makian dari bobotoh yang semakin menggema di seisi stadion membuat pertandingan seperti yg saya urai diatas mencekam.

Dari sekian banyak peristiwa tersebut, yang paling menyita perhatian saya saat kemarin menonton Persib via streaming adalah kenekatan yang dilakukan salah satu bobotoh. Dirinya berlari dari arah tribun samping timur untuk 'melabrak' para pemain Persib yang menurutnya bermain 'teu make manah'.

Awal melihat peristiwa itu, saya menyimpulkan teramat dangkal. Kerusuhan yang memalukan, bukan hanya akan mencoreng nama bobotoh namun juga akan mencoreng Persib pula. Karena selama perhelatan liga Ojek ini, PSSI selalu bersikap reaktif terhadap kejadian sekecil apapun. Melihat tayangan hanya dari satu perspektif, bisa membuat Anda bisa menarik kesimpulan yang (mungkin) sama dengan saya diatas.

Beruntung bagi saya, karena beberapa hari sebelumnya saya menginstall socmed Twitter di telpon genggam saya. Iseng-iseng, selidik punya selidik ternyata masalahnya yang menyebabkan bobotoh itu nekat berlari ke tengah lapangan yaitu cuma 1, GREGET ningali Persib maenna caduk jiga kamari peuting. Bukan cuma sekali, tapi sudah berkali-kali selama penyelenggaraan liga ojek.

Cuma karena greget dengan permainan Persib semalam lalu nekat lari ke tengah lapang?. Mungkin bagi beberapa orang yg tidak atau belum mengenal kultur bobotoh, melihat hal seperti itu seakan ganjil, aneh atau berbagai macam kata lainnya yg bisa mendeskripsikan kejengahan anda melihat kejadian tersebut.

Tapi kalau boleh saya melawan, Anda tak akan pernah merasakan apa yang kami [bobotoh] rasakan. Pernah lihat kalimat seperti ini?
apa yang pertama terlintas di pikiran kalian? lucu? konyol? atau apa?. Anda bebas berpikir seperti apa, tapi satu hal yang pasti, kalimat diatas menandakan 'derajat' Persib lebih tinggi dari pacar karena [mungkin] jauh sebelum kenal pacar, kita sudah diperkenalkan Persib. Persib yang membudaya, Persib yang menjadi warisan turun temurun jauh lebih berharga dari apapun itu karena Persib adalah sebuah kultur yang tak akan pernah luntur! sebuah kebanggaan yang tak akan pernah mati pada jiwa kami (bobotoh)!

"Ketika harga diri dan kebanggaan kita terusik, saat itu kita mesti bangkit. Membela harga diri ternyata membanggakan dan rasanya begitu indah." Ayi Beutik (Panglima Bobotoh) hingga mengumpamakan Persib sebagai harga diri yang mesti dibela.

Wajar apabila bobotoh yang berlari ke tengah lapangan tersebut, berteriak lantang kepada setiap pemain, mencoba membakar semangat mereka, mengingatkan mereka untuk segera bangkit karena bobotoh tahu bahwa Persib adalah harga diri.

Kekalahan kemarin terasa menyakitkan, menyakitkan karena mengingatkan saya pada tahun 2003 dan 2006. Tahun dimana Persib harus 'bersimbah darah' menyelamatkan diri dari jerat degradasi, sebuah musim paling kelam dibanding 19 tahun dahaga gelar yang tertuntaskan di tahun 2014.

Saya tau ini lebay, tapi sekali lagi saya tegaskan bahwa Persib adalah sebuah identitas. Sebuah ciri bahwa kami (bobotoh) akan selalu ada dan akan selalu mengingatkan. Melihat Persib pada dua pertandingan terakhir, seperti melihat 'Maung' yang terjerat. Entah terjerat hal apa saya pun tidak tau dan tidak mengerti, 

Namun satu hal yang pasti, ketika maung terluka akan banyak dokter (bobotoh) yang siap mengobati dengan mengingatkan.

Gera cageur Maung Bandung!!

gambar : twitter.com dan simamaung.com/adilnursalam


EmoticonEmoticon